Program DP 0% Kendaraan

Pameran Mobil DP 0%

PPBola.net - Program DP nol persen untuk pembelian kendaraan bermotor sudah dimulai. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menetapkan aturan tentang program ini dan hanya diperbolehkan untuk perusahaan yang hanya memiliki rasio permasalahan soal pembiayaan di bawah rate 1 persen.

Hendry Christian Wong (Deputy Chief Executive Office ACC) menjelaskan jika program DP nol persen memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi. “DP nol persen masih belum. Pakai logika saja orang mau beli barang tidak pakai DP konsekuensinya ke resiko sangat besar kalau kita tidak hati-hati. Kalau memang pembeli yang benar dan memang memiliki kebutuhan dan punya intensi ya tidak jadi masalah,” ujar Hendry.

Program DP 0% Kendaraan

Sebenarnya DP nol persen sangat rentan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Dari segi industri otomotif sendiri pun tidak menyarankan untuk dilakukan penerapan DP nol persen.

Program DP 0% Kendaraan

Jika terjadi kredit macet dapat juga menimbulkan efek domino yang tidak baik bagi seluruh industri otomotif di Indonesia. Dikarenakan situasi ekonomi yang hingga saat ini masih belum stabil dan juga akan diakan pemilihan presiden. “Kalau manufaktur, dealer dan sebagainya tidak agresif kenapa kita harus agresif. Karena dampak dari kualitas kredit akan sangat besar juga buat industri,” jelasnya

Menurut hitungan jika di hitung-hitung pembelian tanpa DP justru membuat nominal cicilan lebih tinggi, masa cicilan juga menjadi lebih lama dan jika dikalkulasi harga yang harus dibayarkan juga akan menjadi sangat mahal.

Sebab, ada kenaikan bunga pada setiap tahun cicilan. Selain itu, tren kendaraan biasanya bergerak cepat, sehingga ada nilai susut yang perlu diperhitungkan setiap tahunnya. Pertama, harus sesuai kemampuan (keuangan). Kedua, kalau pun menggunakan cicilan maka besarannya sekitar 30 persen dari gaji bulanan. Ketiga, pertimbangkan pula harga jual ke depan agar jatuh tidak terlalu jauh.

"Selain itu, sebenarnya tidak dianjurkan melakukan pengambilan cicilan pengeluaran konsumtif dalam jangka panjang. Seharusnya hanya 3-5 tahun saja, beda dengan rumah yang memang untuk jangka panjang," jelasnya.

Share: